Tatapan matanya begitu menenangkan hati. Ucapannya seperti sebuah tuntunan bagiku. Senyumannya adalah semangat dan motivasi untukku. Ingin sekali rasanya agar aku bisa setiap saat mengukir senyum di wajah cantiknya.
“Aku berangkat dulu Bu, assalamualaikum!” aku mencium tangan ibu yang tengah menyapu lantai.
“Ya, waalaikumsalam. Hati-hati dijalan ya Ra,” ucap ibu.
“Aku berangkat dulu Bu, assalamualaikum!” aku mencium tangan ibu yang tengah menyapu lantai.
“Ya, waalaikumsalam. Hati-hati dijalan ya Ra,” ucap ibu.
Aku berangkat menuju tempat di mana aku belajar. Hari ini ibu berulang tahun, dan aku berniat membelikannya hadiah sepulang sekolah nanti. Aku kini duduk di kelas bersama Anna sahabatku. “Ra gimana hasil lomba puisi kemarin?” tanya Anna. “Alhamdulillah aku menang Anna.” jawabku.
“Wah hebat kamu. Oh iya Ibu kamu udah tahu kamu menang lomba puisi itu? Beliau pasti bangga mendengarnya.” ujar Anna. “Aku belum memberitau Ibuku, rencananya aku akan memberitahunya hari ini.” Anna hanya ber-oh ria.
Bel pulang sekolah berbunyi dan aku bergegas pergi ke sebuah toko pakaian. Ya aku ingin membelikan ibu sebuah kerudung. Aku telah selesai menbeli kerudung untuk ibu, aku pun bergegas pulang ke rumah. Ku lihat ibu tengah menonton tv.Samsung Tv curved
“Assalamualaikum!” aku menyalami tangan ibu.
“Waalaikumsalam!” jawab ibu.
“Ini untuk Ibu,” aku menyodorkan kotak berisikan kerudung itu pada ibu.
“Apa ini?” ibu mengambil dan membuka kotak itu.
“Kerudung? Dari mana kamu dapat uang untuk membeli kerudung ini?” ibu bertanya sembari menatap heran ke arahku.
“Kemarin aku ikut lomba membuat puisi Bu, dan aku menang. Panitia memberiku sejumlah uang sebagai hadiah. Jadi aku membelikan ibu kerudung itu,” jelasku.
“Terima kasih Ra!” ibu memelukku sembari menangis.
“Terima kasih juga untuk Ibu yang selama ini membesarkan Rara, dan mendidik Rara. Terima kasih Bu!” kini air mataku pun tak dapat lagi ku bendung. Terima kasih Tuhan kau telah menghadirkan ibu di sisiku.
Selesai.